Faktor-faktor
yang menentukan keberhasilan pembangunan suatu etika perilaku dan kultur
organisasi yang anti kecurangan, diantaranya:
1.
KOMITMEN DARI TOP MANAJEMEN DALAM ORGANISASI
Untuk
mewujudkan etika perilaku dan kultur budaya yang anti kecurangan, Ada beberpa
hal yang dapat dilakukan seorang pemimpin (top manajemen) dalam suatu
organisasi:
a. Memberikan
tauladan dan kemauan yang kuat, dengan mencontohkan sikap moral yang baik dari
seorang pimpinan dan komitmennya yang kuat sehingga dapat dijadikan dasar
bertindak dan suri tauladan bagi seluruh pegawai. Dimana kesusuaian antara kata
dengan perbuatan seorang pimpinan.
b. Tidak
memberikan tolerensi terhadap perbuatan-perbuatan yang melanggar kaedah-kaedah
etika organisasi yaitu dengan diberikan sanksi hukuman yang jelas dan demikian
pula sebaliknya terhadap pegawai yang berprestasi dan bermoral baik diberikan
penghargaan yang proporsional.
c. Pimpinan
hendaknya menjadi sponsor berdasarkan profesionalisme, integritas, kejujuran
dan loyalitas yang tinggi untuk mewujudkan visi dan misi organisasi
d. Untuk
lebih efektifnya etika dan aturan perilaku dalam suatu organisasi harus
dikomunikasikan kepada seluruh karyawan dan dimengerti dengan baik.
e. Secara
bersama-sama manajemen dan karyawan harus membangun suatu hal yang positif
untuk berkembangnya rasa memiliki akan suatu organisasi yang sehat yang
ditopang oleh kultur yang kuat.
f. Manajemen
harus membuat standar pelaksanaan yang jelas dalam menjalankan suatu organisasi
yang dapat dijadikan pedoman bagi seluruh pegawai
2.
MEMBANGUN LINGKUNGAN ORGANISASI YANG KONDUSIF
Membangun
lingkungan organisasi yang kondusif merupakan tanggung jawab pimpinan disertai
kerja sama dengan anggota organisasi tersebut. Lingkungan pengendalian
merupakan salah satu unsur yang harus diciptakan dan dipelihara agar timbul
perilaku positif dan kondusif untuk penerapan sistem pengendalian intern dalam
lingkungan kerja, melalui beberapa cara yaitu penegakan integritas dan etika, komitmen
terhadap kompetensi, kepemimpinan yang kondusif, pembentukan struktur
organisasi yang sesuai dengan kebutuhan, pendelegasian wewenang dan tanggung
jawab yang tepat, penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang
pembinaan sumber daya manusia, perwujudan peran aparat pengawasan intern
pemerintah yang efektif dan hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah
terkait.
3.
PEREKRUTAN DAN PROMOSI PEGAWAI
Dalam
perekrutan pegawai, untuk mendapatkan pegawai yang baik, hendaknya pihak
majemen organisasi harus memetakan rencana kebutuhan pegawai sesuai dengan
kebutuhan organisasi, untuk mengetahui kebutuhan pegawai dapat dilakukan
analisis jabatan (anjab) dan analisis beban kerja (ABK). Akan tetapi yang di
Anjab adalah jabatannya bukan pegawainya. Dengan dilakukan anjab, manjemen
organisasi sudah mengetahui kriteria pegawai yang dibutuhkan, seperti pendidikan
yang di persyaratkan, usia, pengalaman dll, sedangkan dengan ABK, manjemen
organisasi dapat menghitung beban kerja pegawai pada suatu divisi, apakah di
suatu divisi jumlah pegawai berlebih atau kekurangan pegawai. Setelah dilakukan
ABK, jika pegawai berlebih, maka dapat didistribusikan ke divisi lain.
Dalam promosi pegawai, untuk
mendapatkan kriteria pegawai yang akan menduduki posisi suatu jabatan juga
dapat dilakukan anjab. Sedangkan untuk proses seleksi jabatan dapat dilakukan
assesmest.
Dengan proses perekrutan dan
promosi pegawai seperti di atas diharapkan dapat meminimalisir kecurangan yang
terjadi.
4.
PELATIHAN YANG BERKESINAMBUNGAN
Sasaran
yang ingin dicapai dari suatu program pelatihan yang berkesinambungan adalah
peningkatan kinerja individu dalam jabatan atau fungsi saat ini.
Pelatihan yang berkesinabungan
merupakan salah satu solusi terhadap sejumlah problem penurunan kualitas
kinerja organisasi atau lembaga dan instansi yang disebabkan oleh penurunan
kemampuan dan keusangan keahlian yang dimiliki oleh karyawan atau tenaga kerja
yang dapat mengarah pada peningkatan kinerja para karyawan atau tenaga kerja
yang baik dan benar. Dan tujuan pelatihan dan pengembangan adalah untuk merubah
sikap, perilaku, pengalaman dan performansi kinerja.
Pelatihan merupakan penciptaan
suatu lingkungan dimana kalangan tenaga kerja dapat memperoleh dan mempelajari
sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan perilaku spesifik yang berkaitan dengan
pekerjaan. Pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk
meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap
seseorang inidividu.
5.
MENCIPTAKAN SALURAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Komunikasi
yang efektif dari seorang pemimpin sangatlah penting karena akan mempengaruhi
kinerja anggota dalam mencapai tujuan organisasi karena pemimpin merupakan
ujung tombak pencapaian visi dan misi suatu organisasi. Jika pemimpin tidak
dapat berkomunikasi dengan efektif maka akan terjadi kekacauan.
Seorang pemimpin dalam organisasi
harus dapat berkomunikasi dengan baik. Untuk itu pemimpin tidak boleh
menganalisa, menyalahkan, menghakimi, menasehati, dan menginterogasi. Selain
itu juga seorang pemimpin harus menguasai keterampilan mendengarkan dan
bertanya dan mengupayakan komunikasi dua arah. Seorang pemimpin harus
menyadari kelemahannya dalam komunikasi dan berusaha menutupi kekurangannya
dengan mengupayakan diri memperbaiki diri dengan berlatih. Strategi dalam
membangun komunikasi efektif: ketahui mitra bicara (audience), ketahui
tujuan, perhatikan konteks, pelajari kultur, dan pahami bahasa.
Strategi komunikasi yang
dilakukan atasan kepada pihak bawahan dalam mengkomunikasikan pesan pada
pembuatan rubrik polling, ada beberapa kesimpulan. Pertama, saat memberikan
informasi atau pesan yang meliputi instruksi tugas pimpinan menggunakan
teknik redundancy, yaitu mengulang pesan yang telah disampaikan.
Selain itu, dalam menyalurkan pesannya pihak pemimpin dapat menggabungkan
komunikasi formal dan informal sekaligus. Pemimpin juga dapat menggunakan
sejumlah media untuk melancarkan komunikasi dengan bawahan, yakni melipuri
media secara lisan, gambar dan tulisan. Media lisan secara langsung yang
digunakan berupa rapat mingguan dan rapat per tim. Sedangkan media lisan secara
tak langsung menggunakan telepon genggam. Pimpinan dapat menggabungkan media
lisan dengan media tulisan dan gambar. Yaitu, berupajob
description, hand book, map, papan pengumuman, surat tertulis,
dan memo.
Sedangkan strategi
komunikasi yang dilakukan pihak bawahan kepada pihak atasan dalam
mengkomunikasikan pesan pada pembuatan rubrik polling, ada beberapa
kesimpulan.dalam mengkomunikasikan pesan pada pembuatan rubrik polling.
Pertama, bawahan mengandalkan komunikasi lisan secara langsung dan menggunakan
teknik canalizing. Yakni suatu cara yang dilakukan oleh komunikator
dengan mengetahui terlebih dahulu referensi/pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki komunikannya, kemudian komunikator menyusun pesan dan metode yang
sesuai dengan itu. Agar komunikan dapat menerima pesan yang disampaikan
komunikator dan kemudian perlahan-lahan komunikator merubah pola pikir dan
sikap komunikan pada arah yang dikehendaki komunikator.
6.
PENEGAKAN KEDISIPLINAN
Tindakan
disiplin akan dapat mengurangi perbuatan curang yang dilakukan pegawai. Hal-hal
berikut ini dapat mengurangi tindakan kecurangan :
a. Investigasi
terhadap suatu insiden dilakukan selalu dalam kerangka menegakan kode etik atau
terhadap yang melanggar kode etik secara kosekuen.
b. Perlakuan
atas suatu kasus harus proporsional dan konsisten.
c. Pengendalian
yang relevan atas penugasan dan pengembangannya.
d. Komunikasi
dan pelatihan harus sesuai dengan nilai-nilai organisasi, kebutuhan dan sesuai
kode etik dan harapan
Pandangan terhadap konsekuwensi
kecurangan harus secara nyata disebarluaskan kepada seluruh pegawai. Pegawai
harus disiplin dengan waktu dan sumber daya. Setiap perbuatan melanggar
disiplin organisasi akan dikenakan sanksi. Pegawai yang disiplin akan dapat
meningkatkan kultur organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar